
Jakarta, 18 Desember 2025 — PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) memaparkan strategi penguatan bisnis dan kinerja keuangan Perseroan dalam Public Expose Tahunan yang digelar di Jakarta, Rabu (18/12). Perseroan menegaskan fokus pada diversifikasi usaha dan penguatan armada offshore sebagai langkah menjaga keberlangsungan usaha di tengah dinamika industri energi dan pelayaran.
Manajemen CBRE menyampaikan bahwa sepanjang 2025, Perseroan mencatat sejumlah kejadian penting, di antaranya akuisisi kapal Offshore Support Vessel (OSV) jenis Pipe Laying and Lifting Vessel bernama HAI LONG 106, yang kini tengah menjalani proses re-flagging menjadi bendera Indonesia dengan nama GUNANUSA HAI LONG 106.
Akuisisi kapal tersebut didukung oleh fasilitas pembiayaan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk senilai USD 49 juta atau setara Rp803,35 miliar, yang digunakan untuk pelunasan akuisisi kapal dan modal kerja Perseroan. Selain itu, CBRE juga menerbitkan promissory note kepada pihak ketiga sebagai bagian dari struktur pendanaan.
Dalam paparan tersebut, Perseroan mengungkapkan bahwa kapal GUNANUSA HAI LONG 106 telah resmi diserahkan oleh penjual, Hilong Shipping Holding Limited, setelah penandatanganan Protocol of Delivery and Acceptance (PODA) pada 8 Desember 2025. Kapal saat ini berada di Singapura untuk proses survei fisik dan penyelesaian administrasi sebelum beroperasi penuh.
Seiring dengan penambahan armada, CBRE juga mengamankan kontrak kerja sama jangka panjang dengan PT Gunanusa Utama Fabricators melalui skema time charter selama delapan tahun. Nilai kontrak ditetapkan dengan tarif harian sebesar USD 90.000 per hari, serta tarif masa siaga sebesar USD 50.000 per hari. Kontrak ini diharapkan menjadi sumber pendapatan berulang (recurring revenue) sekaligus memperkuat arus kas Perseroan.
Kapal GUNANUSA HAI LONG 106 akan digunakan untuk mendukung proyek Hidayah Field Phase 1 Development Project, yang dikelola oleh PC North Madura II Ltd., anak usaha Petronas. Proyek tersebut mencakup pembangunan anjungan produksi terpadu, pemasangan pipa bawah laut, hingga fasilitas penunjang offshore, dengan target on-stream pada kuartal pertama 2027.
Dari sisi kinerja keuangan, per 30 September 2025, aset lancar Perseroan meningkat signifikan menjadi Rp71,66 miliar, terutama ditopang oleh kenaikan kas dan setara kas dari pinjaman bank. Sementara itu, liabilitas tidak lancar tercatat meningkat menjadi Rp178,79 miliar, seiring penarikan pinjaman jangka panjang. Ekuitas Perseroan tercatat menurun menjadi Rp84,28 miliar, dipengaruhi rugi tahun berjalan akibat belum optimalnya pemanfaatan sejumlah aset kapal yang masih menjalani masa docking.
Manajemen mengakui masih terdapat sejumlah tantangan, mulai dari lonjakan belanja modal (capex), fluktuasi harga sewa OSV yang bergantung pada harga minyak global, hingga kompleksitas teknis operasional kapal offshore. Untuk itu, Perseroan menyiapkan langkah mitigasi melalui pembentukan tim operasional khusus, penguatan manajemen kapal, serta pengendalian biaya operasional secara ketat.
Ke depan, CBRE menargetkan peningkatan pendapatan minimal 30 persen secara tahunan, optimalisasi utilisasi armada hingga di atas 90 persen, serta penurunan beban operasional sebesar 10–15 persen. Perseroan juga membuka peluang pengembangan bisnis ke sektor offshore services dan dukungan energi terbarukan, termasuk offshore wind farm.
Menanggapi isu publik dan dinamika pasar modal, manajemen menegaskan komitmen untuk menjalankan usaha secara profesional, transparan, dan bertanggung jawab. Perseroan memastikan seluruh aksi korporasi dilakukan berdasarkan prinsip kewajaran dan keterbukaan informasi, serta membuka ruang dialog bagi para pemegang saham.
Dengan strategi diversifikasi usaha, penguatan armada offshore, dan kontrak jangka panjang yang telah diamankan, CBRE optimistis dapat memperkuat posisi sebagai penyedia jasa maritim dan offshore terintegrasi serta menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan.
(Red/Slamet)
