
TEGAL, (14/12) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) resmi memulai Training Course of Coastal Fisheries in Timor Leste di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Tegal pada 8 hingga 23 Desember 2025. Program ini menjadi wujud nyata kolaborasi tripartit antara Indonesia, Jepang, dan Timor Leste untuk memperkuat sumber daya manusia sektor kelautan dan perikanan di negara tersebut.
Pelatihan di bawah kerangka The Project for Promoting of Sustainable Coastal Fisheries for Blue Economy in Timor Leste dijalankan melalui skema kerja sama Pemerintah Jepang (JICA) dan Pemerintah Indonesia. Dukungan diberikan dalam bentuk penyediaan fasilitas pelatihan, penguatan kapasitas tenaga pengajar, serta bantuan teknis operasional di lapangan.
Langkah ini menandai kerja sama regional yang berorientasi pada penguatan kapasitas masyarakat pesisir, sebuah isu yang semakin mendesak di tengah tekanan perubahan iklim, degradasi sumber daya ikan, dan tantangan keselamatan pelaut di kawasan Asia Pasifik.
“Penguatan kemampuan nelayan adalah kunci membangun ekonomi biru. Indonesia dan Timor Leste memiliki kesamaan geografis dan budaya maritim. Karena itu, Indonesia menjadi tempat belajar yang relevan untuk mendukung peningkatan kapasitas masyarakat pesisir Timor Leste,” terang Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM KP (BPPSDM KP), I Nyoman Radiarta dalam siaran resmi di Jakarta, Minggu (14/12).
Lebih lanjut disampaikan Nyoman, bahwa dengan keterampilan yang tepat, nelayan dapat menerapkan praktik yang aman, produktif, dan memberi manfaat jangka panjang bagi keluarga dan wilayah pesisir. Langkah ini akan memperkuat ekonomi masyarakat sekaligus memastikan sumber daya ikan tetap lestari bagi generasi mendatang.
Program ini sekaligus menunjukkan komitmen Indonesia dalam memperkuat kerja sama regional dan menjadi pusat pengembangan kapasitas SDM kelautan di kawasan. Serta menegaskan posisi Indonesia sebagai mitra strategis dalam mendorong praktik perikanan berkelanjutan dan resilient di Asia Tenggara.
Tidak Sebatas Teori
Senada dengan itu, Kepala Pusat Pelatihan KP, Lilly Aprilya Pregiwati, menjelaskan bahwa pelatihan tidak hanya menekankan teori, tetapi juga pengalaman langsung di lapangan. Peserta terjun langsung mengamati rantai pasok perikanan, tata kelola mutu hasil tangkapan, hingga proses industri alat tangkap. “Melalui pendekatan ini, mereka dapat memahami ekosistem perikanan secara menyeluruh dan siap menerapkannya di negara masing-masing,” jelas Lilly.
Kolaborasi tiga negara mendapatkan apresiasi dari Chief of Representative of Fisheries Timor Leste, Sebastiao Soares Pinto, yang menilai pelatihan ini sebagai tonggak penting bagi masyarakat pesisir negaranya. “Kami berterima kasih kepada Indonesia dan Jepang. Pengetahuan dan pengalaman ini akan kami terapkan untuk meningkatkan kualitas kerja masyarakat KP Timor Leste. Program ini benar-benar memberi manfaat langsung bagi daerah,” ungkapnya.
JICA Expert, Takaku Masakazu, menambahkan bahwa pelatihan ini juga menjadi program tripartit pertama antara Indonesia, Jepang, dan Timor Leste yang diarahkan untuk memperkuat sektor perikanan pesisir. “Kami mengapresiasi dukungan Indonesia dalam memfasilitasi pelatihan ini. Kami berharap program ini menjadi langkah awal kolaborasi jangka panjang antar tiga negara,” ujarnya.
Kegiatan yang diikuti 18 peserta dari unsur pemerintah nasional, pemerintah daerah, dan nelayan Timor Leste ini dirancang secara komprehensif. Peserta mendapatkan pelatihan keselamatan dasar di atas kapal, teknik pembuatan serta pengoperasian berbagai alat tangkap seperti gillnet, rawai, bubu lipat, dan rumpon, keterampilan laminasi fiber kapal, pemeliharaan dan perbaikan mesin kapal, serta teknik penanganan ikan untuk menjaga mutu hasil tangkapan. Seluruh pelatihan dilengkapi praktik lapangan, termasuk kunjungan ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan pelabuhan perikanan di Pekalongan, hingga peninjauan industri alat tangkap pada perusahaan manufaktur perikanan.
Pelatihan juga disusun dengan standar evaluasi ketat melalui pre-test dan post-test untuk memastikan peningkatan kompetensi peserta. Seluruh peserta nantinya menerima sertifikat sebagai bukti bahwa mereka telah memenuhi standar kompetensi kelautan, yang dapat diadopsi menjadi tolok ukur keselamatan dan keterampilan pelaut di Timor Leste.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan bahwa penguatan kapasitas nelayan tidak hanya penting bagi satu negara, tetapi bagi stabilitas kawasan. Pelatihan seperti ini menjadi wujud nyata bagaimana negara-negara dapat saling mendukung untuk membangun perikanan yang lebih aman, modern, dan berkelanjutan.
HUMAS BPPSDM KP
