Tangerang – Bandung, September 2025 – Sampah rumah tangga biasanya dianggap masalah. Namun bagi Institut Teknologi Indonesia (ITI), sampah justru bisa menjadi pintu rezeki. Melalui program pengabdian Masyarakat dengan pendanaan hibah BIMA Kemendikti Saintek multi years, ITI mengembangkan budidaya maggot sebagai solusi cerdas mengatasi limbah domestik sekaligus mendorong ekonomi kreatif.
Maggot, larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF), dikenal mampu mengurai sampah organik dalam jumlah besar. Dari dapur yang penuh sisa makanan, lahirlah pakan ternak bernilai jual tinggi. Kabupaten Tangerang pun menetapkan budidaya maggot sebagai produk unggulan daerah dengan dukungan riset dan pendampingan darii ITI.
TIM ITI Turun Langsung ke Desa Patenggang

Inovasi ini tidak berhenti di Tangerang. Melalui ajang PKM Kolaboratif 70 Kampus se-Indonesia yang digelar pada 12-13 September 2025 di Desa Patenggang, Kabupaten Bandung, ITI membawa semangat “limbah jadi berkah” ke level nasional.

Tim ITI yang dipimpin oleh Dr. Aniek Sri Handayani dan Dr. Annuridya turun langsung membenkan pelatihan budidaya maggot kepada masyarakat setempat didampingi oleh pemda Kab Tangerang selaku mitra ITI yaitu ibu Selfie Andreany, SAB.,MAB. Dalam sesi praktik, warga Desa Patenggang diajak belajar cara mengelola sampah organik, membuat media budidaya, hingga memanen maggot sebagai pakan ternak.
Tidak berhenti di teori, tim ITI juga membagikan bibit maggot dari UMKM binaan ITI yatu UMKM Maggota, serta contoh produk jadi Magota dan Magone kepada masyarakat sebagai modal awal. “Kami tidak ingin sekadar memberi ilmu, tetapi juga memberi langkah pertama agar masyarakat bisa langsung mempraktikkannya,” jelas Dr. Aniek.
Suara Warga: Dari Sampah Jadi Rezeki
Warga Desa Patenggang menyambut pelatihan ini dengan antusias. Rian(22), pemuda Desa Patenggang yang hadir dalam pelatihan, mengaku baru tahu kalau sampah dapur bisa punya nilai ekonomi. “Biasanya sisa makanan langsung karni buang. Sekarang saya jadi semangat mencoba, karena sampah kami menjadi bernilai ekonomis.,” ujarnya sambil tersenyum.
Harapan ke Depan
Dengan kolaborasi 70 kampus selndonesia, model budidaya maggot yang dikembangkan ITI berpotensi menyebar ke berbagai daerah. Program ini tidak hanya menjawab tantangan lingkungan, tetapi juga menegaskan bahwa pengabdian perguruan tinggi bisa memberi dampak nyata: dari laboratorium kampus, langsung ke dapur masyarakat.
Kabupaten Tangerang sebagai pionir produk unggulan maggot kini membawa inspirasi ke Desa Patenggang, dan dari desa kecil inilah pesan besar lahir: sampah bukan akhir, tapi awal dari berkah.
Penulis : Dr. Annuridya