JAKARTA, (9/8) – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengajak generasi muda andil dalam pembangunan sektor kelautan perikanan berkelanjutan di Indonesia. Hasil kelautan dan perikanan dibutuhkan untuk menopang sistem ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi, hingga menahan lajur perubahan iklim.

“Laut kita bukan hanya masa lalu dan masa kini, tetapi masa depan. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki tanggung jawab sekaligus kesempatan besar untuk menunjukkan bahwa laut bisa menjadi penopang ekonomi nasional tanpa merusak ekosistem,” ujar Menteri Trenggono saat menjadi pembicara utama pada Public Lecture perdana Blue Ocean Strategy Fellowship (BOSF) di The Atrium, Sampoerna Strategic Square, Jakarta, Jumat (8/8).

Mengusung tema “Unlocking the Blue Economy for Sustainable Marine Ecosystem in Indonesia”, forum itu dihadiri lebih dari 300 peserta dari kalangan mahasiswa, akademisi, komunitas muda, asosiasi, dan publik. Pada kesempatan ini, Menteri Kelautan dan Perikanan dianugerahi gelar Distinguished Fellow BOSF sebagai bentuk penghargaan atas kepemimpinan Indonesia dalam kebijakan kelautan di tingkat global.

Menurutnya, krisis pangan global, perubahan iklim, dan tekanan terhadap keanekaragaman hayati laut menuntut kebijakan yang progresif dan sistemik. Blue food—hasil perairan seperti ikan, rumput laut, dan udang—disebut sebagai solusi penting bagi ketahanan pangan dunia karena memiliki keunggulan gizi, jejak karbon rendah, dan potensi ekonomi yang luas bagi masyarakat pesisir.

Mengutip data Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) dan Forum Ekonomi Dunia (WEF), Menteri Trenggono menjelaskan bahwa populasi dunia yang diproyeksikan mencapai 9,7 miliar jiwa pada 2050 akan meningkatkan kebutuhan protein global hingga 70 persen. Sistem pangan berbasis daratan diprediksi tidak mampu mencukupi kebutuhan tersebut karena keterbatasan lahan. Di Indonesia sendiri, permintaan protein pada tahun tersebut diperkirakan meningkat hingga 21,1 juta ton per tahun.

“Ekonomi biru bukan sekadar pendekatan pembangunan, melainkan komitmen moral untuk menjaga laut bagi generasi mendatang. Pangan biru adalah strategi kita untuk menyeimbangkan pembangunan dan keberlanjutan,” tegasnya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, KKP telah menetapkan lima kebijakan prioritas ekonomi biru yang tidak hanya menjaga keseimbangan ekologi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan nelayan, produktivitas usaha perikanan, dan memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok pangan global yang berkelanjutan.

Ajang Adu Gagasan Masa Depan Laut

Rangkaian BOSF diawali dengan kompetisi ide nasional yang diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Sepuluh finalis terpilih mempresentasikan gagasan berbasis data di hadapan Menteri Trenggono. Tiga ide terbaik diumumkan dan mendapatkan penghargaan langsung dari Menteri.

Juara pertama diraih Maryanto Banobe (Universitas Kristen Satya Wacana) dengan inovasi Briket Substitusi Cangkang Teritip. Juara kedua adalah Putri A. Ifada (Universitas Airlangga) dengan Seeshark, platform identifikasi spesies hiu melalui potongan tubuh atau sampel kulit. Juara ketiga, M. Shidqy Yudistira (Universitas Padjadjaran), dengan gagasan Garam Laut Bersih untuk Indonesia Mandiri (Garamin).

“Karya-karya ini membuktikan generasi muda Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk membangun ekosistem laut yang berkelanjutan. Masa depan kelautan dan perikanan Indonesia ada di tangan anak-anak muda seperti kalian,” pesan Menteri Trenggono.

Ia juga berpesan kepada para peserta untuk terus belajar, berani berinovasi, dan tidak takut mencoba hal baru. “Jangan takut, karena masa depan laut Indonesia ada di tangan kalian,” tambahnya.

Hal senada disampaikan Co-Chair BOSF sekaligus Presiden Sampoerna University, Marshall Schott, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam membangun ekosistem laut yang berkelanjutan di Indonesia.

“Kami mempertemukan pemerintah, sektor non-profit, swasta, dan akademisi untuk berdialog mengenai isu-isu krusial kelautan. Ide-ide yang muncul di BOSF sangat relevan untuk membentuk kebijakan visioner, kepemimpinan dinamis, dan strategi industri yang siap menghadapi tantangan masa depan,” ujarnya.

BOSF sendiri merupakan hasil kolaborasi antara Sampoerna University, School of Government and Public Policy (SGPP) Indonesia, dan Blue Ocean Global Network (BOGN).

HUMAS BPPSDM KP

By Setyono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *